Geolife...!

Gayuh is Geopreneur

Tuesday, December 19, 2006

Koalisi Islam dan China di Perang Peradaban, Bagaimanakah?

Prof. Samuel Huntington dalam bukunya yang menggemparkan dunia dan cukup kontroversial menurut beberapa kalangan, “The Clash of Civilization and The Remaking of The World Order” berhasil memprovokasi dunia dengan tesisnya bahwa pasca perang ideologi kapitalisme vs komunisme (Cold War) datanglah perang peradaban (Clash of Civilization) antara barat dan timur. Dalam hal ini, peradaban barat akan ditantang oleh peradaban China dengan latar belakang Konfusianisme dan peradaban Islam. Pasca perang dingin, AS sebagai pimpinan dari peradaban barat dengan aliansinya seperti Eropa dan Australia seakan tidak memiliki kompetitor di dunia, dan terus melebarkan pengaruhnya. Meski, Eropa dengan Uni Eropanya berupaya menyeimbanginya di bawah komando Jerman dan Prancis. Sebenarnya, ada satu hal yang menurut saya kurang diperhatikan oleh Huntington, yaitu masalah pengaruh gerakan Zionisme Israel. Meski bukan (baca: belum) menjadi sebuah peradaban, tidak bisa dipungkiri merupakan organisasi etnik dan religi Yahudi yang mempunyai kekuatan tersendiri di dunia. Gerakan yang didirikan oleh Nathan Bernbaum ini sekarang mempunyai kekuatan yang sangat signifikan di bidang finansial dan industri strategis di dunia. Dengan kekuatannya itu, Zionis dengan mudah bersinergi dengan negara-negara lain untuk kepentingannya. Misalnya, pada tahun 1927, 10 tahun pasca Perjanjian Balfour yang memberikan Palestina sebagai tanah air Yahudi, Inggris memberikan bantuan untuk pembangunan rumah dan gedung di tanah Palestina. Sampai dengan sekarang, mitra strategis gerakan ini adalah AS, selaku negara adikuasa zaman ini. Sinergi Zionis dan AS ini mempunyai kesamaan misi yaitu penguasaan kawasan Timur Tengah. Namun jelas, visinya berbeda. Jika AS bervisi tentang ‘National Energy Security’ melalui pengusaan ladang-ladang minyak dan mungkin visi tentang misionar (gospel), maka visi Zionis berlandaskan sebuah tujuan suci religi kembali ke tanah air milik nenek moyang mereka yaitu Palestina. Kekuatan Zionis dengan dukungan finansial yang luar biasa, serta dukungan lobi di belakang pemerintahan AS mampu bersinergi dengan AS untuk itu semua.Itu peradaban barat. Bagaimana dengan peradaban timur?Peradaban timur yang diwakili oleh China dan Islam sebenarnya memiliki misi yang sama yaitu mengalahkan hegemoni barat, meski visinya berbeda. China, raksasa yang baru bangun, bervisi tentang menjadi sebuah negara adikuasa, raksasa ekonomi (pemerintahan komunis, ekonomi kapitalis) global, dan penguasa dunia, seperti yang telah mereka perbuat pada zaman dulu. Dengan kekuatan sumber daya alam dan manusianya, mereka tidak bermimpi jauh untuk itu. Fakta sudah berbicara tentang itu. Di tengah resesi ekonomi global akibat resesi ekonomi AS sekarang ini, rapid growth China (dan India) mampu menyeimbangkan kondisi ekonomi global. Bagaimana dengan Islam?Visi peradaban Islam pastilah untuk menyebarkan ajaran suci ini ke berbagai pelosok bumi dan menghadirkan kembali imperium (khilafah) seperti pada abad pertengahan dengan berbagai nostalgia silam tentang kemenangan melawan peradaban Persia dan Romawi. Namun, jika AS mempunyai iptek dan kapitalisme dan Israel mempunyai dukungan finansial dan lobi global. Lalu China dengan kebangkitan ekonominya, maka apa yang ditawarkan peradaban Islam? Apakah cukup dengan dengan semangat jihad dan romantisme masa lalu?Bentangan negara-negara Islam dari Aljazair di barat hingga Indonesia di timur tampaknya hanya menjadi jajaran lidi yang tidak (semoga belum) terikat menjadi sebuah sapu lidi yang kokoh. Atau ribuan gerakan Islam yang heroik dimana-mana. Come on, guys!This is real real real world.Dalam perang peradaban, peradaban harus dilawan dengan peradaban. Peradaban lahir karena konsep (ideologi) dan strukturalisasi (yang ketiga sebenarnya ekspansi, namun untuk ini cukup sampai strukturalisasi). Konsep peradaban Islam seakan menghilang seiring dengan runtuhnya Khilafah Islam (1924). Belum ada contoh negara Islam ideal. Konsep Islam modern pun saat ini hanya sebatas tentang bank syariah dan asuransi syariah. Di sisi lain, struktur kapitalisme global sudah menghadirkan konsep fiskal, finansial, hukum, HAM, politik dan demokrasi, iptek, dll. Konsep Islam tentang itu semua masih belum ada.Kebangkitan Islam mungkin masih merupakan jalan yang panjang. Harus dimulai dari bawah, dari pembentukan manusia-manusianya (ideologi/aqidah) dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, negeri, dan barulah khilafah Islamiyah. Jadi, mungkin untuk sementara ini, peradaban barat masih hanya berhadapan dengan peradaban China, belum peradaban Islam, karena peradaban Islam itu sendiri masih belum terstrukturisasi. Masih berupa puing-puing keruntuhannya atau sudah menjadi kerikil-kerikil fondasinya?

Gayuh Putranto
Bandung, 18 Desember 2006, 05.17 WIB